Ketika kita menghitung waktu secara empiris, dengan mendasarkan kalender Hijriyah ataupun Masehi, disana sesungguhnya ada kategori waktu yang bersifat metafisik (metaphysical time). Bahwa kita semua mengada mesti mengasumsikan dan meniscayakan berada dalam ruang dan waktu. Ketika kita berpikir tentang waktu, kita sudah berada dalam waktu.
Itu sebabnya selalu muncul pertanyaan baku terhadap keberadaan seseorang; di mana dan kapan?
Di mana menunjukkan ruang, kapan menunjukkan waktu.
Bahkan, terhadap orang yang sudah meninggal pun berlaku pertanyaan; di mana dia sekarang? Berapa lama dia tinggal di alam kubur? Apakah langsung pindah ke surga atau neraka? Neraka itu ada batasnya atau tidak? Kalau kekal, apakah sama dengan kekalnya Tuhan? Demikianlah, ini termasuk kategori waktu metafisik.
Sedangkan Tuhan Yang Maha Agung diyakini berada di luar ruang dan waktu yang digambarkan dan dialami manusia.
Namun, di atas semuanya itu, ada sebuah pertanyaan yang sangat fundamental. Apakah hidup ini sekadar kita jalani bagaikan sebuah mesin atau hewan tanpa makna?
Apakah ketika usia semakin tua tak ubahnya mesin tua yang kekuatan dan harganya juga kian merosot dan diobral murah?
Menarik direnungkan, ketika orang mengadakan peringatan hari ulang tahun, yang diucapkan bukannya panjang usianya, melainkan panjang umurnya. Dalam bahasa Arab, istilah umur masih seakar dengan kata makmur. Artinya, orang dikatakan panjang umurnya jika hidupnya produktif, mendatangkan kemakmuran bagi lingkungannya. Orang yang panjang usianya, tapi defisit amal kebajikannya dan tidak produktif bagi lingkungannya, disebut bangkrut hidupnya. Lafii khusrin, begitu kata Alquran. Sungguh hidup yang merugi!
Adalah iman dan banyaknya amal kebajikan yang membuat panjang umur seseorang. Bahkan, meski seseorang telah dikatakan mati, sesungguhnya umurnya tetap berjalan selama warisan kebajikannya masih dirasakan orang banyak, yang dalam Islam disebut amal jariah, atau amal kebaikan yang sustainable. Yang berkelanjutan melebihi usia seseorang.
Oleh karenanya, sungguh tepat nasihat orang bijak; waktu itu ibarat pedang yang sangat tajam. Jika engkau tidak mampu menjinakkan dan menggunakannya dengan benar, engkau sendiri yang akan tertebas oleh pedang itu.
Hidup adalah soal pilihan, dan pilihan menentukan nasib. Kalau hidup hanya memuja kemolekan fisik dan kekayaan harta, satu persatu akan menjauhi dan meninggalkan kita.
Peringatan tahun baru dalam konteks Kesadaran adalah berpindahnya fokus perhatian fisikal semata kepada aspek Metafisika (rohani), sehingga terjadi pencerahan atas ilmu serta makrifatnya kepada Sang Penguasa Zaman.
Demikian, semoga berkah dan bermanfaat.
Selamat Tahun Baru 🙏